5 Jenis Leukosit Beserta Fungsi dan Gangguannya

Leukosit, atau sel darah putih, memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Setiap jenis leukosit memiliki fungsi spesifik yang membantu melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Meskipun hanya sekitar 1% dari total darah manusia terdiri dari leukosit, peranannya sangat vital dalam menjaga kesehatan. Kadar leukosit yang normal berkisar antara 4.000–11.000 per mikroliter darah.
Dalam artikel ini, akan dibahas lima jenis leukosit beserta fungsi dan gangguan yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
1. Neutrofil
Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak ditemukan di dalam darah, sekitar 50–80% dari total sel darah putih. Neutrofil merupakan garda terdepan dalam melawan infeksi, karena mereka merupakan sel darah putih pertama yang merespons invasi patogen ke dalam tubuh. Fungsi utama neutrofil adalah membunuh bakteri dan mikroorganisme lain serta merangsang jenis leukosit lainnya untuk ikut aktif dalam perlawanan terhadap infeksi.
Jumlah normal neutrofil pada orang dewasa adalah 2.500–7.000 per mikroliter darah. Namun, kadar yang terlalu tinggi, atau dikenal sebagai neutrophilia, bisa terjadi akibat infeksi, stres, peradangan, atau penyakit serius seperti kanker darah. Sebaliknya, kadar neutrofil yang terlalu rendah, atau neutropenia, bisa disebabkan oleh infeksi, kekurangan nutrisi tertentu, penyakit autoimun, atau efek samping dari kemoterapi.
2. Eosinofil
Eosinofil memiliki peran penting dalam melawan infeksi parasit, terutama cacing, dan dalam mengatur respon alergi. Eosinofil bekerja dengan cara melepaskan zat kimia beracun yang membunuh parasit atau mikroorganisme yang masuk ke tubuh. Mereka juga berfungsi mengendalikan reaksi alergi yang berlebihan.
Jumlah eosinofil yang normal berkisar antara 30–350 per mikroliter darah, atau sekitar 5% dari total leukosit. Kadar eosinofil yang terlalu tinggi disebut eosinofilia dan dapat disebabkan oleh reaksi alergi, infeksi parasit, asma, atau penyakit autoimun. Sebaliknya, kadar eosinofil yang rendah, atau eosinopenia, dapat disebabkan oleh infeksi bakteri akut, konsumsi alkohol berlebihan, atau penggunaan obat steroid.
3. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit ditemukan dalam darah, namun fungsinya sangat penting dalam respon alergi. Ketika tubuh terkena alergen, basofil akan melepaskan zat histamin yang menyebabkan gejala alergi, seperti gatal, pembengkakan, dan kemerahan. Selain itu, basofil juga melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan parasit, serta melepaskan enzim heparin yang mencegah pembekuan darah di area yang terinfeksi.
Jumlah basofil normal berkisar antara 0–300 per mikroliter darah. Basofilia, atau kadar basofil yang tinggi, bisa disebabkan oleh alergi, infeksi, atau penyakit sumsum tulang seperti leukemia. Sementara itu, kadar basofil yang rendah, atau basopenia, dapat disebabkan oleh infeksi akut atau penyakit tiroid.
Baca juga 4 Efek Samping Vaksin dan Cara Penanganannya
4. Limfosit
Limfosit terbagi menjadi tiga jenis utama, yaitu sel T, sel B, dan natural killer cells. Sel T berfungsi mengatur respon imun tubuh dengan memerangi sel yang telah terinfeksi virus. Sel B berperan dalam memproduksi antibodi untuk melawan infeksi. Sedangkan natural killer cells berfungsi menghancurkan sel tubuh yang bermutasi atau terinfeksi virus.
Jumlah normal limfosit pada orang dewasa adalah 1.000–4.800 per mikroliter darah, atau sekitar 20–40% dari total leukosit. Limfositosis, atau jumlah limfosit yang tinggi, bisa terjadi akibat infeksi virus, leukemia, atau gangguan autoimun. Sebaliknya, limfopenia, atau jumlah limfosit yang rendah, dapat terjadi karena malnutrisi, konsumsi alkohol berlebihan, atau penyakit serius seperti HIV.
5. Monosit
Monosit berfungsi menghancurkan bakteri, virus, dan jamur yang masuk ke tubuh. Mereka juga berperan dalam membersihkan sel-sel yang telah mati dan membantu proses penyembuhan jaringan. Monosit merupakan leukosit terbesar yang berada dalam darah, dengan jumlah normal 200–800 per mikroliter darah.
Monositosis, atau peningkatan kadar monosit, dapat terjadi akibat infeksi kronis, penyakit jantung, atau kanker. Di sisi lain, monositopenia, atau penurunan kadar monosit, bisa disebabkan oleh infeksi darah, efek kemoterapi, atau luka bakar yang parah.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Leukosit
Setiap jenis leukosit memiliki peran yang berbeda, namun semuanya berfungsi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap optimal. Keseimbangan jumlah leukosit sangat penting agar tubuh tetap terlindungi dari infeksi dan penyakit. Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres, sangat dianjurkan untuk memastikan sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan baik.
Jika terjadi gangguan pada kadar leukosit, pemeriksaan medis yang tepat diperlukan untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil langkah pengobatan yang sesuai.