Status Vaksin Pencegah Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Untuk menekan penyebaran dan dampak penyakit ini, vaksinasi DBD telah menjadi salah satu strategi yang mulai diterapkan di Indonesia.
Endemi Demam Berdarah di Indonesia
DBD merupakan penyakit endemik yang telah lama menjadi tantangan kesehatan di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari WHO, setiap tahunnya terdapat sekitar 100–400 juta kasus infeksi Dengue di seluruh dunia, dengan 75% kasus berada di wilayah Asia Pasifik.
Ironisnya, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus DBD tertinggi di antara 30 negara endemis lainnya. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun, meskipun orang dewasa juga dapat terinfeksi.
Vaksin Pencegah DBD
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi tingginya angka kasus DBD, vaksin pencegah infeksi virus Dengue telah diperkenalkan di Indonesia sejak mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2016. Vaksin ini merupakan terobosan penting dalam mengurangi risiko penularan dan keparahan penyakit.
Vaksin DBD yang tersedia terbuat dari virus Dengue yang dilemahkan dan dirancang untuk orang yang sudah pernah terinfeksi virus ini sebelumnya. Berdasarkan hasil uji klinis, vaksin ini sangat dianjurkan untuk individu yang tinggal di daerah rawan DBD, khususnya anak-anak.
Rekomendasi Pemberian Vaksin
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin DBD kepada anak berusia 6–18 tahun yang sudah pernah terinfeksi virus Dengue. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan jarak 3 bulan. Rekomendasi ini bertujuan untuk mencegah risiko DBD yang lebih berat jika anak kembali terinfeksi.
Baca juga Operasi Pemotongan Lambung: Prosedur, Persiapan, dan Pemulihan
Namun, perlu diingat bahwa vaksin ini belum bisa diberikan secara menyeluruh kepada seluruh populasi. Hingga kini, vaksin hanya efektif bagi individu yang memiliki riwayat infeksi Dengue sebelumnya.
Vaksinasi Bukan Satu-satunya Solusi
Walaupun vaksin DBD mampu mengurangi risiko infeksi, pencegahan penyakit ini tidak hanya bergantung pada vaksinasi. Langkah-langkah pencegahan lain tetap harus dilakukan, seperti:
– Menjaga kebersihan lingkungan dengan menghilangkan tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk.
– Melaksanakan program 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air, serta menggunakan lotion anti-nyamuk.
– Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengendalian populasi nyamuk di lingkungan sekitar.
Vaksin pencegah DBD merupakan langkah inovatif dalam melawan penyakit demam berdarah yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Meski demikian, vaksinasi bukanlah satu-satunya solusi. Langkah preventif lainnya, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan mengendalikan populasi nyamuk, tetap menjadi prioritas utama untuk memutus rantai penyebaran virus Dengue.
Dengan sinergi antara vaksinasi dan upaya pencegahan lainnya, diharapkan angka kasus DBD di Indonesia dapat ditekan secara signifikan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan bebas dari ancaman penyakit ini.